Kamis, 13 November 2014

Ketika Ringgit lebih akrab daripada Rupiah


Sejak dibuat tahun 2012 lalu ini postingan pertama yang saya buat di blog ini, o iya blog ini dibuat waktu saya dan 7 orang teman lainnya ikut pelatihan blogger semasa SMA, sekarang kami sudah kuliah dan lost contact untung saja saya bertemu bang Endi, nah dia yang mengajarkan dan membuatkan blog ini untuk kami. Jadi saya berhutang ilmu sama bang Endi, karena dialah saya mengenal dunia blogger dan sampai sekarang aktif menulis melalui blog. Blog ini seharusnya berisi hal-hal menarik tentang kehidupan di perbatasan Indonesia-Malaysia, tapi karena tidak seorangpun dari kami yang pernah membuat postingan di sini jadi blog ini hanya berisi lirik lagu Kerupuk Basah. Hahaha. Tapi seperti pepatah tidak ada kata terlambat untuk memulai, saya akan mulai menuliskan hal-hal menarik apa saja yang ada di perbatasan Kapuas Hulu, yang pasti teman-teman belum tahu dan pasti tertarik untuk mengetahuinya.
Seperti daerah-daerah perbatasan lainnya yang sering ditayangkan di televisi, perbatasan Indonesia -Malaysia yang ada di Kapuas Hulu, Kalimantan Barat juga mempunyai cerita yang hampir sama dengan perbatasan di daerah lain. Tapi biasanya yang menjadi sorotan di daerah perbatasan pasti tentang keterbelakangan pembangunannya, ya wajar karena sebenarnya penayangan-penayangan itu bertujuan untuk menghidupkan kembali simpati dan empati  pemerintah agar benar-benar peduli pada keadaan masyarakat yang sebenarnya (masyarakat yang belum seluruhnya mengecap manisnya pembangunan yang selalu dijanjikan pemerintah di negeri ini) karena biasanya simpati dan empati pemerintah hanya gencar sewaktu membuat rencana program pembangunan, setelah mendapat simpati masyarakat mereka lupa pada program itu. Dan biasanya kami menyebut hal ini dengan istilah "Panas-panas taik manuk".
Nah di postingan kali ini saya ingin menceritakan sisi lain dari kehidupan perbatasan yang pernah saya alami.
Sebagai anak daerah yang sejak kecil hidup di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia saya sudah terbiasa berinteraksi dengan orang-orang dari negeri jiran. Bahkan banyak keluarga saya yang sudah menetap di sana dan menjadi warga negara Malaysia, sepupu-sepupu saya sering pulang ketika libur Natal. Karena itu ketika Natal di daerah saya minuman bersoda yang paling sering ditemui adalah minuman bersoda buatan Malaysia. Mulai dari minuman bersoda, jus dalam kemasan, bahkan susu buatan Malaysia bisa ditemui di mana saja. Bukan hanya itu bahan sembako sehari-hari juga lebih banyak menggunakan produk Malaysia, karena jarak antara Badau-Lubuk Antu yang dekat memudahkan masyarakat untuk berbelanja. Harga beberapa produk kebutuhan rumah tangga seperti minyak goreng, gula, susu, sabun, shampoo dan deterjen juga lebih murah sehingga masyarakat lebih senang berbelanja ke Lubuk Antu. Masyarakat perbatasan Indonesia juga lebih sering menjual hasil perkebunan ke Lubuk Antuk, seperti sayur-sayuran dan buah. Interaksi perekonomian di daerah perbatasan ini sangat kuat.
Berbelanja di luar negeri jelas punya aturan, orang Indonesia tidak bisa keluar masuk negara Malaysia seenaknya, ada prosedur yang harus diikuti. Ada surat menyurat yang harus diurus jika hendak memasuki wilayah negara Malaysia melalui jalur perbatasan. Sebelum memasuki daerah Lubuk Antuk kita harus membuat surat pos lintas batas (PLB). Perbatasan Indonesia dijaga ketat oleh POLRI dan TNI, di wilayah Malaysia sendiri pemeriksaan dan penjagaan dilakukan oleh pihak Polis Diraja Malaysia dan Tentara Diraja Malaysia.
Karena pola interaksi inilah sebagian masyarakat di daerah perbatasan lebih banyak menyimpan uang ringgit daripada rupiah. Keadaan ini sempat menjadi kritik sosial. Banyak pro dan kontra mengenai hal ini. Keadaanlah yang menjadikan masyarakat perbatasan lebih akrab dengan ringgit daripada rupiah.

Selasa, 28 Februari 2012

LAGU KERUPUK BASAH

Kerupuk Basah

Laju-laju perahu laju
mutar haluan hilir ke hulu
rindu-rindu hatiku rindu
ingat sungai kapuas hulu
oh indahnya ,, oh asyiknya ..
sungai kapuas ,, jernih airnya..
oh indahnya ,, oh asyiknya ..
sungai kapuas ,, jernih airnya..

angkat ke danau makai perahu
ngiga ikan bersama-sama
mau tau pelabor khasku
KERUPUK BASAH yak meh namanya..
oh nyamannya,, oh asaya ...
kerupuk basah yak meh namanya..
oh nyamannya,, oh asaya ...
kerupuk basah yak meh namanya..

Laju-laju perahu laju
mutar haluan hilir ke hulu
rindu-rindu hatiku rindu
ingat sungai kapuas hulu
oh indahnya ,, oh asyiknya ..
sungai kapuas ,, jernih airnya..
oh indahnya ,, oh asyiknya ..
sungai kapuas ,, jernih airnya..

angkat ke danau makai perahu
ngiga ikan bersama-sama
mau tau pelabor khasku
KERUPUK BASAH yak meh namanya..
oh nyamannya,, oh asaya ...
kerupuk basah yak meh namanya..
oh nyamannya,, oh asaya ...
kerupuk basah yak meh namanya..

Rabu, 22 Februari 2012

Yuk Kita Belajar Nulis

Asyik mendengar penjelasan pelatih. Kami bisa!
Kami mendapat ilmu baru pada 14 Februari 2012 lalu. Tim Border Blogger Movement (BBM) dari Pontianak, datang ke Putussibau, Kapuas Hulu, untuk memberikan pelatihan Jurnalisme Kampung dan Blog. Para pelatih adalah wartawan dari Pontianak.

Pelatihan dilaksanakan di aula Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kapuas Hulu. Kami diajari tentang Jurnalisme Kampung, yaitu menulis berita-berita tentang kampung halaman, supaya dibaca oleh orang kota.

Setelah tulisan dibuat, kami diajari menggunakan internet untuk membuat blog. Nah, dengan adanya blog, tulisan kita bisa ditampilkan disitu, dan bisa dibaca semua orang dari seluruh penjuru dunia.

Kali ini, kami ingin membuktikan bahwa siswa SMA pun bisa ikut membangun daerah, salah satunya dengan menulis berita sebagai informasi tentang kampung halaman kami yang berbatasan langsung dengan luar negeri, yaitu Malaysia.

Oh ya, dalam pelatihan itu, Pak Bupati AM Nasir dan Pak Wakil Agus Mulyana juga hadir. Pak Bupati berpesan agar kami menulis dengan kata-kata yang sopan santun, supaya pihak lain senang membacanya.